Kisah si ragi dan si gandum


Suatu hari terjadi perdebatan hebat antara si ragi dan gandum.
"Hai gandum, tidakkah kau hendak menjadikan dirimu menjadi ragi saja? Kau akan dipuji banyak orang. Kau akan menjadi yg terhebat. Menjadikan sebuah roti mengembang dengan sempurna. Baiknya kita bersatu menjadi sebuah ragi. Sebelum kau menyesal. "
Gandum menyahut, "Hai ragi. Tidakkah kau berkaca? Roti tanpa gandum yg berkualitas tidak akan menjadi sebuah hidangan yg sempurna. Lebih baik kau yg menjadi gandum. Kau sahabatku. Marilah. Jadilah sebuah gandum saja. Supaya kita menjadi lebih dekat lagi. Tidak ada perbedaan lagi diantara kita. "
Mereka mengunggulkan diri masing- masing. Saling mengajak satu sama lain menjadi seperti dirinya. Tidak terpikir oleh mereka bahwa apa yg akan terjadi jika semua menjadi gandum, ataupun semua menjadi ragi. Tidak terpikir oleh mereka bahwa roti yg sempurna dibuat oleh campur tangan mereka berdua. Semua sudah dibutakan oleh perbedaan yg tampak. Padahal tanpa perbedaan itu tidak akan pernah roti yg menawan itu terbentuk.
Ya.. Saya berbeda agama dengan suami saya. Meskipun orang lain berpendapat bahwa mencari pasangan baiknya yang seiman. Karena yang seiman saja dapat terjadi perdebatan. Apalagi yg tidak seiman. Akan lebih susah untuk saling membimbing, saling memahami, saling menghargai. Tapi bagi saya tidak. Kami bisa saling menghargai. Kami bisa saling belajar. Dan meskipun terjadi perdebatan, itu bukan karena agama. Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang yang seiman dengan saya. Ketika dia bertanya kepada saya agama suami saya, karena saya tidak bersama suami saya oada saat itu. Saya menjawab suami saya berbeda agama dengan saya. Dia lalu berkata kepada saya. Sabar saja. Suatu saat ada jalannya dia akan bertobat dan menjadi seperti dirimu. Tidakkah yang mengatakan itu sama halnya dengan sebuah ragi? Atau sebuah gandum dalam cerita di atas? Merasa dia yg mampu menyulap sebuah adonan menjadi roti? Saya hanya tersenyum. Agama yg dianut suami saya bukan aliran sesat. Yang diajarkan diagama kami sama. Cinta kasih. Dilarang berzina. Dilarang membunuh. Jangan mendewakan hal duniawi yg sifatnya hanya sementara. Dan yg menciptakan kita satu. Lantas apa yang perlu diperdebatkan?

Komentar

Postingan Populer