Opor Ayam Kecap
Separuh kenangan terukir pada sebuah rumah tua ini. Umurnya jauh melampaui batas umur orang tuaku. Mungkin sekitar tahun 45 pun sudah berdiri. Memang tampak rapuh. Dari dulu tidak banyak perubahan. Pintu dan jendelapun tak banyak berubah. Lantai yang sangat jelas mengingatkanku pada waktu itu. Waktu itu sering kami berlarian di lorong. Ya, itu dulu ruang keluarga tempat berkumpul kami, yang juga menjadi lalu lalang orang menuju gudang penyimpanan diujung saat siang hari. Perayaan ulang tahun selalu kami rayakan diruangan yang tidak luas ini. Selalu menggunakan sandal. Tidak ada tehel. Tak sedikit kerikil berceceran kemana mana. termasuk dalam kamar. Listrikpun belum masuk. Hanya lampu templek yang menerangi gelap sampai pada akhirnya padam digantikan oleh matahari pagi.
Sampai kemudian ada perbaikan, lantai berubah. Diberi tehel. Meski sederhana tapi bagai bak berada di rumah mewah. Ingin rasa berbaring di lantai.
Kamarpun langsung tertera tulisan "Masuk Sandal Lepas". Terlalu bahagianya kami mendapatkan tehel.
Menghabiskan masa kecil disini merupakan suatu sejarah tersendiri. Jam 5 pagi selalu dibangunkan oleh hembusan angin yang sampai ke tulang rusuk. Tapi kamar kami hangat. Tidur selalu bersama sama. Belum lagi tertutup oleh jaring anti nyamuk. Saling berdempet sudah cukup membuat kami tetap hangat. Sama seperti anak ayam yang saling berhimpit.
Embun selalu membasahi setiap sudut ruangan yg terbuka. Tak luput jemuran yang ikut basah digantungi oleh air embun yang enggan menetes. Menjadi favorite kami membantu menjatuhkan tetesan air embun.
Dingin takkan berhenti sampai hidung mencium aroma kopi susu racikan sang nenek. Seseruput kopi susu sudah cukup menyegarkan mata. Siap untuk pergi berjalan ataupun membersihkan kubur nenek kakek buyut.
Kembali pukul 7 untuk siap membuka toko kelontong. Dan kami seringkali tidur kembali. Sampai pukul 9 dibangunkan oleh suara ricuh pembeli berdatangan. Keluar kamarpun telah disambut oleh aroma masakan. Selalu makanan favorite yang dibikin oleh sang nenek.
Permainan favorite kami sederhana. Bermain kemah dari kardus. Ataupun membantu menimbang tepung dan gula.
Sering kamipun menengadah ke langit langit atas. melihat birunya langit. ataupun banyaknya bintang di malam hari. Entah mengapa rasa tenang menyelimuti. Hanya dengan menengadah ke langit. Sambil mendengarkan bunyi tonggeret, katak, ataupun jangkrik. Kunang- kunangpun masih berani menampakkan diri. Tak seperti saat ini yang hanya dapat dilihat dari buku bacaan ataupun internet keberadaannya.
Antena Televisi harus diputar. Sampai layar televisi menjadi jernih. Laba- labapun senang berkemah di ujung antena. Beberapa kali kami tangkap laba- laba besar buat diajak bermain beberapa waktu. kemudian dilepas untuk dibawa pergi.
Jendela ini.. Jendela yg hanya setinggi dada anak kelas 4 Sekolah Dasar. Tak luput menjadi sasaran kami untuk bermain jual- jualan. Seolah membuka toko.
Tak terasa seperempat abad kami sudah melampaui semuanya. Seolah baru kemaren kami merasakannya. Mungkin ini yang sering disebut- sebut kenangan termanis yang akan senantiasa diceritakan kembali saat kita tua.
Ada suatu kecemasan tersendiri dalam diri. Apakah anak- anak kami mampu merasakan kebahagiaan yang sama. Tak perlu mewah. Karena kesederhanaanlah yang membuat komunikasi berjalan dengan indah. Jauh berbeda dengan keadaan saat ini, yang permainan sudah berbeda, hanyalah televisi, handphone, dan laptop.
Apa yang dapat meyakinkan kami, kelak anak anak kami mampu menikmati ayam opor kecap favorite sambil bercengkrama, sambil berebut paha bawah yang selalu menjadi incaran.
Apa benar semua berubah, menikmati hanyalah sekedar menikmati. Hanya keheningan yang terjadi dengan gadget masing masing. Tanpa peduli mendapat bagian yang mana.
Apakah perubahan cita rasapun tak kan jadi masalah.
Rasa lega masih ada, melihat imajinasi anak masih sama halnya kami semasa kecil. Selimut dan bantal guling menjadi perkemahan yang luar biasa. Semoga tak pernah lelah kami yang sudah menjadi orang tua muda ini menunjukkan kesederhanaan yang membuat hati dingin. Tak bisa dibayar dan diganti oleh sebuah barang. Mengajarkan bagaimana menikmati semangkuk opor ayam kecap.














Komentar
Posting Komentar